Gebrakan Jokowi……(lagi)

HARI Jumat 14 Oktober lalu, Presiden Joko Widodo membuat gebrakan dengan melantik Menteri dan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar telah sah menjadi Menteri dan Wakil Menteri ESDM. Beberapa nama kandidat yang telah beredar ternyata tidak ada yang dipilih oleh Presiden. Publik bertanya-tanya, mengapa mereka yang dipilih? Pertanyaan wartawan mengenai pengalaman di bidang ESDM dijawab polos oleh Pak Jonan dengan satu patah kata: “Belum”.

Bagaimana dengan pilihan Presiden kita ini? Presiden hanya mengatakan: “Ini masalah manajemen”. Penulis setuju dengan pernyataan Presiden tersebut. Berdasarkan track record, Ignasius Jonan adalah orang yang mempunyai kemampuan manajemen yang luar biasa. Pengalaman di perbankan bisa dijadikan bekal untuk menata PT KAI yang hampir kolaps. PT KAI berhasil diubah menjadi perusahaan moda transportasi darat paling diminati, bahkan paling ‘seksi’. Pembenahan manajemen yang luar biasa telah dilakukan ketika menjadi orang nomor satu di PT KAI. Ketika menjadi orang nomor satu di Kementerian Perhubungan, beliau juga dikenal sebagai pemimpin yang gemar melakukan ‘bersih-bersih’. Ketokohan Jonan sebagai pemimpin tidak diragukan lagi. Terkait pertanyaan mengenai pengalaman di bidang ESDM, kemampuan di bidang tersebut jelas dimiliki oleh wakilnya, Arcandra Tahar. Banyak sumber menyatakan bahwa Arcandra sangat menguasai persoalan teknis di kementerian tersebut, sementara permasalahan strategik akan dipegang oleh Pak Jonan.

Keputusan Presiden Jokowi memang patut diacungi jempol. Jokowi memang menepati janji, bahwa tidak akan melantik Menteri ESDM dari kalangan partai, namun dari profesional. Presiden juga menutup rapat siapa sebenarnya yang ada dalam benak beliau yang akan mengisi jabatan Kementerian ESDM ini. Banyaknya kepentingan yang ada dipastikan akan mengganggu Presiden dalam mengambil keputusan penting. Presiden Jokowi juga tidak menjadikan berbagai pihak yang berkomentar seputar pelantikan tersebut. Karena sebagai pemimpin, Presiden tidak mau menjadikan mereka sebagai groupthink. Jadi keputusan Presiden Jokowi melantik Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar murni merupakan keputusan untuk benar-benar melakukan revitalisasi di bidang ESDM yang tidak dilandasi kepentingan kelompok manapun.

Mengapa Presiden Jokowi tidak memilih orang yang ‘berpengalaman’ di bidang ESDM? Menjadi pemimpin tidak harus orang yang berpengalaman di bidangnya. Pengalaman memimpin sudah ada pada diri Jonan, hal tersebut sudah cukup. Bidang ESDM dapat dipelajari bersama dengan wakilnya yang lebih berpengalaman. Lebih penting menjadi pemimpin adalah mau menjadi pembelajar dan pemelajar yang baik. Belajar bagi diri sendiri, dan belajar bagi orang lain dan bersama dengan orang lain. Untuk menjadi pemimpin maka menjadi learner itu lebih penting daripada menjadi experienced. Bila Jokowi memilih orang nomor satu berasal dari mereka yang telah berkecimpung lama di bidang tersebut, maka ada kemungkinan revitalisasi tidak jalan. Orang lama cenderung akan mempertahankan status quo. Kebaruan justru akan muncul bukan di tangan orang lama, namun di tangan orang baru.

Mengapa Presiden Jokowi memilih Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar? Dugaan penulis, Presiden menggunakan teknik proyeksi dalam menilai orang lain. Jokowi selalu melontarkan ‘kerja-kerja-kerja’ dan kabinetnya pun disebut Kabinet Kerja. Kedua beliau telah terbukti sebagai seorang yang suka dengan kerja, tidak terlalu banyak berbicara. Dengan kata lain, hanya orang yang sanggup atau mau bekerja yang ‘layak’ masuk dalam kabinetnya.

Keputusan Presiden untuk melantik Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar tidak perlu diragukan lagi. Akan lebih baik bila kita mendukung dan membantu gebrakan-gebrakan perbaikan yang akan mereka lakukan untuk membuat negeri ini menjadi lebih baik. Tentu saja pendapat pro dan kontra sangat diperbolehkan sebagai wacana publik. Di sisi lain kita harus tetap menghormati hak prerogatif Presiden serta memberikan kesempatan Jonan dan Arcandra untuk bekerja sekaligus membuktikan kinerjanya.

(Dr D Wahyu Ariani SE MT. Dosen Fakultas Ekonomi UK Maranatha Bandung, Pengurus ISEI Cabang Yogyakarta & Peneliti Inspect Yogyakarta.  Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Selasa 18 Oktober 2016)

Scroll to top